Ketidakpercayaan diri seringkali menjadi satu masalah yang sangat merisaukan; baik bagi anak-anak, terutama bagi orang tuanya. Ketidakpercayaan diri ini jika dibiarkan tentunya akan menghambat perkembangan jiwa sang anak. Apalagi, anak akan menghadapi kehidupan mendatang yang membutuhkan kekuatan jiwa serta keterampilan pengembangan dirinya. Apa sih ciri-ciri anak yang tidak percaya diri?
Ada beberapa indikasi anak ‘terserang’ virus ketidakpercayaan diri. Gejala itu adalah sebagai berikut:
- Anak sulit menyampaikan sesuatu. Kala berbicara ia gagap dan gagu; serta merasa kesulitan.
- Anak suka menutup diri dan tidak memiliki keberanian. Tidak berani tampil ke depan, tidak berani mengungkapkan gagasan, takut jika bertemu dengan orang lain, tidak berani mengatakan apa yang dirasakan, dan sebagainya.
- Anak tidak mampu berfikir secara mandiri. Tatkala ia mendapati masalah, atau kesulitan melakukan sesuatu; ia langsung meminta bantuan kepada orang lain, tidak berusaha memecahkan terlebih dahulu. Hal ini karena ia sudah punya anggapan bahwa dirinya tidak akan bisa memecahkan masalah itu.
- Anak senantiasa dihantui rasa was-was ada bahaya, kejahatan yang membuatnya bertambah takut dan khawatir.
Apakah anak Anda terserang virus ini? Jika iya, silahkan lanjut membaca apa sebabnya. Mungkin bisa menjadi evaluasi kita sebagai orang tua. Namun jika anaknya tidak terserang, bersyukurlah, dan tetap lanjut baca. Jangan sampai kebobolan!
Penyebab anak tidak percaya diri, antara lain :
1. Kesalahan Cara Mendidik
Hal ini perlu diketahui oleh semua orang tua. Mendidik anak itu bukan coba-coba. Salah mendidik anak bisa berarti kita telah merusak satu generasi ke depan. Maka, hendaklah hal-hal berikut tidak kita lakukan; atau jika sudah terjadi, perlu segera kita hentikan. Sungguh, ini demi masa depan anak kita. Kesalahan apa yang dimaksud, sehingga bisa membuat seorang anak tidak percaya diri?
Anak dididik selalu dengan ancaman dan celaan. Bagaimana anak akan percaya diri, bila setiap dia melakukan sesuatu, pasti ada yang mengancamya, “Eit! Hentikan! Bisa kotor semua ini! Bisa rusak semua! Bisa berantakan semua!”. Eit, jangan naik tangga, jatuh nanti kau nak! Eit, jangan main air, nanti basah semua!
Pun dengan celaan, Duuh, ini kerjaan ndak beres-beres! Lama sekali menyapunya! Ini bantuin nyuci piring kok ngga bersih! Tuh kan lihat, dindingnya kotor semua kena spidolmu! Anak selalu dicela tatkala mengalami kegagalan. Anak selalu dicela sebagus apapun hasil pekerjaannya.
Anak dididik dengan penuh kecurigaan. Ketika rumah berantakan, langsung dicurigai sebagai pelaku ‘perusak’ rumah. Ketika ada makanan tidak dihabiskan, langsung dicurigai sebagai pelaku kemubadziran. Ketika pulang agak terlambat, langsung dicurigai sebagai pelaku anak tidak taat.
Anak yang demikian, lama-lama akan enggan menyampaikan alasan yang sebenarnya terjadi, enggan menyampaikan kejadian yang sebenarnya. Belum dia beroleh kesempatan, sudah terlebih dahulu dicurigai.
Anak dididik dengan kekerasan dan kasar. Pukulan memang diperbolehkan, tapi pukulan itu hanya boleh diperuntukkan sesuatu yang sangat penting, semisal shalat. Itupun dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. Anak yang sering dipukul, diperlakukan kasar dan keras justru menjadi pribadi yang menuntup dirinya. Dia akan senantiasa ketakutan dan muncul padanya kekhawatiran setiap kali akan melakukan sesuatu. Dia takut tiba-tiba orang tuanya datang lalu membentaknya, bahkan memukulnya.
Bersambung…
Diedit oleh Abdullah Zaen dari http://www.fimadani.com/penyebab-anak-tidak-atau-kurang-percaya-diri/
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 29 Rabi’ul Akhir 1437 / 8 Februari 2016